Jumat, 27 Maret 2015

Perbedaan Antara Homonim dan Polisemi

Aplikasi Pembedaan Antara Homonim dan Polisemi Siswa Kelas IX
SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik




163214_185517364792804_100000036244418_681205_2995803_n



Oleh:
Iva Nurchorisa          147835019
Efa Kustiana             147835080



UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
PROGRAM PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA-DAERAH
2015



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dewasa ini dalam proses komunikasi setiap orang banyak digunakan perbendaharaan kata. Pembendaharaan kata yang banyak menunjukkan bahwa seseorang tersebut sering berkata-kata.Namun, keadaan tersebut memiliki pengaruh terhadap perkembangan bahasa saat ini. Sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari mengenai berbagai perbendaharaan kata. Diantaranya yang paling banyak ditemui adalah homonim dan polisemi. Meskipun disekitar banyak terdapat homonim dan poliseminamun tidak menjamin bahwa semua pelajar mengetahui perbedaan keduanya. Sehingga masih banyak ditemukan pelajar yang belum bisa membedakan antara homonim dan polisemi.
Dengan melihat kenyataan tersebut, perlu adanya pengetahuan yang lebih dalam mengenai penggunaan kata-kata yang digunakan lebih dari satu makna dan juga mengenal serta memahami penggunaan kata yang sama tetapi ketika seseorang tersebut mengucapkannya menimbulkan arti yang berbeda.Disamping hal tersebut, selain mengetahui lebih dalam tentang makna ataupun konsep dari polisemi dan homonim juga harus mengetahui dalam membedakan antara homonim dan polisemi. Berkaitan dengan hal itu, peneliti melakukan penelitian mengenai tingkat pemahaman siswa dalam membedakan homonim dan polisemi sehingga siswa mampu membedakan dan menggunakan homonim dan polisemi secara tepat dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis.

1.2  Rumusan Masalah
1.        Bagaimana kemampuan siswa kelas IX SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik dalam membedakan antara homonim dan polisemi?
2.        Bagaimana kemampuan siswa kelas IX SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik dalam mengaplikasikan kemampuan membedakan homonim dan polisemi dalam pembelajaran?



1.3  Tujuan Penelitian
1.        Siswa kelas IX SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik mampu membedakan antara homonim dan polisemi.
2.        Siswa kelas IX SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik mampu mengaplikasi kemampuan dalam membedakan tentang homonim dan polisemi dalam pembelajaran di kelas.

1.4  Manfaat penyuluhan
Dari penelitian yang dilaksanakan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut;
1.      dapat menambah wawasan dan pemahaman siswa yang lebih mendalam tentang homonim dan polisemi yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
2.      dapat diterapkan dan diaplikasikan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari secara tepat dan benar.














BAB II
LANDASAN TEORI

2.1     Homonim
Homonim berasal dari bahasa Yunani, homos dan onuma. kata tersebut masing-masing berarti ’sejenis’ atau ’sama’ dan ’nama’. Dalam imu bahasa, istilah tersebut diartikan sebagai kata-kata yang bentuk dan cara pelafalannya sama, tetapi memiliki makna yang berbeda.

Contohnya: kata genting dan jarak
genting
jarak
(1)   Karena perang, kota itu tampak sangat genting
(genting = gawat)
(1)   Ayah sedang menanam pohon jarak di belakang rumah
(jarak = pohon)
(2)   Kakak sedang memperbaiki genting yang bocor
(genting = atap)
(2)   Jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh
(jarak = ukuran)


Dalam kamus, kata-kata berhomonim biasanya ditandai oleh urutan angka Romawi. Contohnya sebagai berikut:
karang I     = batu karang, sejenis batu kpur di laut.
karang II   = karangan bunga, susunan atau ikatan.
karang III  = karangan ilmiah, karya tulis.
karang IV  = pekarangan rumah, halaman.
karang V   = karang keputraan, tempat kediaman
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Jika lafalnya sama disebut homograf, namun jika yang sama adalah ejaannya maka disebut homofon.
Contoh:
Amplop
(homofon)
Bisa
(homofon)
Masa dengan Massa
(homograf)
Untuk mengirim surat untuk bapak presiden kita harus menggunakan amplop
(amplop = amplop surat biasa)
Bu kadir bisa memainkan gitar dengan kakinya
(bisa = mampu)

Guci itu adalah peninggalan masa kerajaan kutai
(masa = waktu)

Agar bisa diterima menjadi pns ia memberi amplop kepada para pejabat
(amplop = sogokan atau uang pelicin)
Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti
(bisa = racun)

Kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di media massa
(massa = masyarakat umum)


Dalam bahasa Indonesia kadang-kadang homonim masih dapat di bedakan lagi atas homograf dan homofon, karena kesamaan bentuk itu dapat dilihat dari sudut ejaan atau ucapan, yang di antaranya adalah:
1.      Ada homonim yang homograf dan homofon artinya baik ejaan maupun ucapannya sama. seperti tampak pada kata: bisa I dan bisa II, alat I (perabot,perkakas) dan alat II (jamu, tamu), amat I (sangat) dan amat II (memperhatikan).
2.      Ada homonim yang homograf yang tak homofon yang berarti ejaannya sama tetapi ucapannya berbeda, seperti: sedan I (sedu, rintih) dan sedan II (mobil penumpang).
3.      Ada homonim yang tidak homograf tetapi homofon, terutama yang ada kaitannya dengan fonem /h/ yang sering tidak diucapkan: muda (remaja) dan mudah (gampang), basa (bahasa) dan basah (mengandung air), bawa (angkut) dan bawah (lebih rendah).

2.2     Polisemi
Polisemi berasal dari kata poly dan sema, yang masing-masing berarti ’banyak’ dan ’tanda’.Jadi, polisemi berarti suatu kata yang memiliki banyak makna. Dalam bahasa indonesia, dijumpai kata-kata yang menanggung beban makna yang begitu banyak. Contohnya adalah kata kepala.Makna dasar kepala adalah bagian tubuh di atas leher, tempat otak dan pusat jarngan saraf.Kepala merupakan bagian badan yang sangat penting dibandingkan dengan beberapa bagian anggota badan manusia lainnya.Selain berarti bagian tubuh yang penting itu, Kepala digunakan dalam konteks pemakaian lainnya.inilah beberapa di antaranya.
a.       Bagian benda setelah atas atau bagian depan, contoh: kepala tongkat dan kepala surat.
b.      Pemimpin atau ketua, contoh: kepala kantor, kepala pasukan, dan kepala daerah.
c.       Sebagai kiasan atau ungkapan, contoh: kepala udang, kepala dua, dan besar kepala.
Pemakaian kata kepala pada ketiga konteks pemakaian tersebut tidaklah menimbulkan makna yang sama sekali baru. Makna-makna tersebut masih memiliki satu kesamaan.Makna kepala dalam hal ini merupakan ’bagian yang memiliki kedudukan yang sangat penting’.
Perhatikan contoh-contoh kata berpolisemi lainnya dalam kalimat-kalimat berikut!
1.      (a) Nenek dibawa ke dokter karena sakit.
(b)   Bangsa ini sedang sakit.
(c)    Dedi sakit hati karena dihianati teman dekatnya.
2.      (a) Direncanakannya ayah akan naik pesawat malam ini.
(b)   Diharapkan kakak tidak lama lagi dapat naik pangkat.
(c)    Sherina adalah artis cilik yang sedang naik daun.
3.      (a) Didik jatuh dari sepeda.
(b)   Harga gabah jatuh. ‘merosot’
(c)    Setiba di rumah dia jatuh sakit. ‘menjadi’
(d)   Dia jatuh dalam ujian. ‘gagal’
Polisemi adalah menyangkut masalah kegandaan makna yang kadangkala bisa membingungkan pemakai bahas, tetapi justru tidak memperoleh tempat yang wajar dalam pengajaran.kegandaan makna itu bisa muncul dengan berbagai cara.Kegandaan makna dalam bahasa lisan dapat diakibatkan oleh struktur fonetik kalimat karena satuan akustik struktur yang bertali temali adalah satuan helaan nafas. Contohnya ban tuan dalam ucapan bisa menyatu dalam helaan nafas menjadi dan karena berhomonim dengan bantuan jika tidak demikian, maka kemungkinan lain terjadi: dua buah kata yang terus menerus diucapkan dalam satuan helaan nafas akan menjadi sebuah kata misalnya asbak artinya secara lisan akan terjadi kegandaan makna atau polisemi karena variasi intonasi yang dilakukan pembicara.
Faktor gramatikal, bentuk gramatikal pemukul bisa berarti alat untuk mengukur atau orang yang memukul.Sebuah frase juga bisa menyebabkan kegandaan makna meskipun kata-kata pendukung frase itu secara individual tidak menimbulkan kegandaan misalnya orang tua bisa berarti orang yang tua atau bapak dan ibu.Demikian juga pada kalimat siswa sedang membaca buku sejarah baru.Kalimat ini mengandung ketaksaan makna, disatu sisi dapat dipahami bahwa yang dibaca siswa tersebut buku sejarah yang baru dibelinya, artinya yang baru pada kalimat tersebut adalah bukunya. Disisi lain arti yang baru disini adalah sejarahnya bukan bukunya.
Faktor leksikal, bentuknya bisa polisemi atau homonim. Sumbernya bisa bermacam-macam, yaitu
1.      Sebuah kata yang mengalami perubahan akan memperoleh makna baru contohnya kata makan yang semula hanya untuk manusia dan binatang. Namun sekarang kata tersebut bisa dipakai pada benda yang tak bernyawa bahkan yang tidak mempunyai mulut. Contohnya jarinya termakan mesin.
2.      Sebuah kata akan mempunyai makna ganda jika dipakai dalam lingkungan sosial yang berbeda. Bagi seorang dokter kata operasi menghadirkan dalam benaknya hal-hal seperti penyakit, pisau, ruang bedah, menjahit kulit atau daging, tetapi bagi lingkungan militer kata tersebut selalu disangkutkan dengan hal-hal seperti musuh, serangan, tembak menembak.
3.      Bahasa figuratif, terutama yang menyangkut metafora juga besar peranannya dalam polisemi misalnya kata mata, makna sentralnya sebagai makna penglihat, namun pada kata mata pisau, orang indonesia mengartikannya sebagai ketajaman alat itu.
4.      Pengaruh asing juga bisa menumbuhkan polisemi. Apa yang disebut peminjaman makna (semantik borrowing) memang sudah lama kita kenal dalam bahasa kita.Contohnya kata butir yang biasa dipakai sebagai penolong bilangan untuk barang yang bulat atau kecil, sekarang dipakai untuk mengganti kata item yang jelas tidak ada kaitannya dengan unsur bulat atau kecil.

2.3     Cara Membedakan Homonim dan Polisemi
Menurut Keraf (2006:37) untuk menetapkan apakah suatu bentuk itu merupakan polisemi atau homonim tidak selalu mudah.caranya, yaitu
1.      Menetapkan kata itu berdasarkan etimologi atau pertalian historisnya. Contohnya kata kopi juga adalah homonim walaupun kata kopi I berasal dari bahasa belanda koffie yang berarti nama pohon dan biji yang digoreng untuk minuman sedangkan kata kopi II berasal dari bahasa Copy yang berarti salinan (surat dan sebagainya).
2.      Dengan mengetahui prinsip perluasan makna dari suatu makna dasar, salah satunya adalah metafora. misalnya referen primer bagi kata-kata : mulut, mata, kepala, kaki. tangan, dan sebagainya adalah bagian-bagian dari tubuh manusia. Namun dalam perluasannya berdasarkan dalam prinsip metaforis bagian bagian tubuh tersebut dapat digunakan juga untuk menyebut bagian dari: sungai, jarum, pasukan, gunung, kursi dan sebagainya. hubungan itu lahir dari kesamaan fungsi atau bentuk antara referen-referennya.
Chaer (2003:304) mengatakan bahwa makna-makna yang ada dalam polisemi meskipun berbeda tetapi dapat dilacak secara etimologi dan semantik, makna-makna itu masih mempunyai hubungan. Contohnya: kata pacar ”inai” dan kata pacar ”kekasih”.
Makna-makna dalam dua bentuk homonim tidak mempunyai hubungan sama sekali. Contohnya: ”kepala” pada bentuk kepala surat dan makna ”kepala” pada kepala jarum bisa di telusuri berasal dari makna leksikal kata kepala itu.










BAB III
METODE PENELITIAN

3.1  Jenis Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian, manusia menggunakan metode. Seperti yang diungkapkan oleh Surachmad (1985:131) bahwa metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan oleh seorang peneliti disesuaikan dengan jenis penelitiannya.  Dengan berdasarkan jenis gejalanya, masalah penelitian menurut Arikunto (1992:25) dibedakan menjadi tiga. Tiga masalah tersebut antara lain; deskripsi, komparasi, dan korelasi. Dari jenis masalah penelitian tersebut dapat digolongkan jenis penelitiannya, termasuk penelitian deskriptif, penelitian korelasi, atau penelitian komparasi.
Dalam hubungannya dengan penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan fakta-fakta dari fenomena dalam penelitian yang dilakukan sehingga memperoleh gambaran objektif tentang kemampuan siswa dalam membedakan antara homonim dan polisemi, serta kemampuan siswa dalam mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran di kelas melalui serangkaian kegiatan yang telah dirancang guru.

3.2  Subjek penelitian dan data penelitian
3.2.1   Subjek penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik. Dengan demikian, yang menjadi subjek penelitian adalah kelas IXBSMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik. Dalam hal ini hanya satu kelas yang diteliti, yaitu kelas IXB yang terdiri dari 30 siswa, 12 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Peneliti mengambil kelas IX B karena secara kualitatif kelas tersebut lebih unggul dibandingkan kelas yang lainnya, serta secara kuantitatif jumlahnya relatif sedikit dibandingkan kelas lainnya dengan harapan penelitian dapat berlangsung lebih efektif. Objek yang diteliti ialah lembar kerja siswa tentang membedakan dan mengaplikasikan homonim dan polisemi.
3.2.2   Data penelitian
Data adalah informasi yang diperoleh dari sumber data. Data sendiri dapat berupa kata-kata, gambar, atau angka-angka yang diperoleh baik melalui wawancara, observasi, catatan lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, maupun dokumen resmi lainnya.
Data yang diperoleh dalam penelitian berupa lembar hasil pretest siswa untuk mengetahui pemahaman siswa dalam membedakan homonim dan polisemi sebelum guru memberikan penjelasan tentang materi tersebut, lembar hasil postest siswa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pemahamannya tentang homonim dan polisemi, dan lembar hasil observasi yang dilakukan guru saat awal pembelajaran sampai pada saat melakukan permainan belajar sebagai bentuk aplikasi penggunaan homonim dan polisemi yang telah siswa pahamani.

3.3  Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.3.1        Teknik Pengumpulan Data
1.      Teknik catat lapangan
Teknik ini dilakukan untuk mengetahui semua rangkaian kegiatan selama proses pembelajaran dari awal mengumpulkan data sampai hasil penelitian.

2.      Teknik observasi
Observasi dalam penelitian ini dilakukan secara langsung. Observasi berupa pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran di kelas untuk mengetahui hasil, respon, kesungguhan siswa kelas VIIIB dalam menjawab tes yang ada pada lembar pretest dan posttest.

3.      Teknik tes
Tes yang dilakukan pada penelitian ini adalah tes tulis. Tes yang diberikan dalam bentuk pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam membedakan homonym dam polisemi sebelum memperoleh materi dari guru, serta postest untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pemahaman yang telah memperoleh dari guru.

3.3.2        Instrumen Pengumpulan Data
1.    Lembar catatan lapangan
Lembar catatan lapangan ini berisis rangkaian seluruh kegiatan guru selama proses penelitaian yang dideskripsikan dalam beberapa kegiatan dengan tujuan semua kegiatan dari awal sampai akhir menjadi lebih terarah dan jelas.
Tabel 3.1 Lembar Catatan Lapangan
No
Waktu
Deskripsi Kegiatan
1.
10.00-10.10
Mempersiapkan siswa
2.
10.10-10.20
Melakukan icebreaking agar siswa menjadi lebih semangat. Icebreaking yang diberikan membentuk kelompok yang nantinya digunakan pada kegiatan akhir.

2.      Lembar Observasi
Lembar observasi aktvitas siswa bertujuan untuk mengetahui
Table 3.2 Contoh Lembar Observasi Aktivitas Siswa
No.
Pernyataan
Skala penilaian(uji coba)
1
2
3
4
1
Semua siswa membaca soal yang ada di lembar pretest.




2
Semua siswa melakukan kegiatan yang ada pada lembar pretest





3.    Lembar Penilaian Siswa
Lembar penilaian siswa berisi daftar nilai siswa yang digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan awal rerata siswa dalam memahami perbedaan antara homonim dan polisemi sebelum memperoleh penjelasan dari guru dan mengetahui kemampuan siswa dalam mengaplikasi pemahamannya tentang homonim atau polisemi setelah memperoleh penjelasan tentang homonim atau polisemi.
Table 3.3 Kesalahan Peletakan Kata Homonim atau Polisemi (Pretest dan Posttest)
No.
Nama
Kesalahan Peletakan kata homonim atau polisemi
Jumlah kesalahan perkata
1



2



3.4  Prosedur Pengumpulan Data
Dalam sebuah penelitian, pengumpulan data harus disertai prosedur untuk memudahkan peneliti dalam memeroleh data. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu
1.        Merancang rangkaian kegiatan pembelajaran dari awal sampai selesai dan menentukan waktu yang diperlukan pada setiap tahapan kegiatan yang dilakuakan di dalam kelas sehingga setiap tahapan dapat berjalan sesuai rancangan.
2.        Mencatat seluruh kegiatan yang dilakuakan siswa selama proses penelitian mulai dari kegiatan pretest sampai posttest.
3.        Siswa melakuakan pretest dengan membagi lembar pretest  yang sudah disiapkan guru.
4.        Setelah siswa selesai melakukan pretest, guru menarik hasil lembar tes siswa
5.        Guru menganalisis hasil pretest siswa
6.        Setelah dianalisis, guru menyimpulkan pemahaman siswa dalam membedakan homonim dan polisemi.
7.        Guru memberikan sedikit stimulus melalui kegiatan permainan stik dan menggali pengetahuan siswa melalui tanya jawab.
8.        Guru mulai memberi penjelasan materi tentang pengertian dan perbedaan homonim dan polisemi.
9.        Kemudian guru membagi lembar posttest yang sama dengan pretest  pada siswa.
10.    Siswa mengerjakan posttest dengan waktu yang lebih singkat dibandingkan saat pretest.
11.    Setelah selesai posttest, guru menarik kembali lembar tes siswa.
12.    Guru membagi siswa menjadi lima kelompok, masing-masing enam siswa untuk berdiskusi membuat lima kalimat yang berhomonim atau berpolisemi.
13.    Guru menarik lembar hasil diskusi siswa dan menutup pelajaran den reviu dan doa.
14.    Guru menganalisis hasil posttest dan diskusi sebagai hasil akhir.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1  Bentuk Kegiatan
Penelitian mengenai aplikasi pembedaan homonym dan polisemi siswa kelas IX SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik berlangsung dalam 1 hari. Secara garis besar, kegiatan dibagi menjadi tiga tahapan yaitu pretest, materi, dan posttest. Tiga tahapan tersebut mencakup semua kegiatan yang ingin dilakukan mulai dari pengambilan data, pemberian materi dan permainan. Semua tahapan dan kegiatan didesain dalam bentuk diskusi. Pretest yaitu tahapan pertama berbentuk diskusi karena berisi kegiatan permainan dengan stik es krim yang berisi homonim atau polisemi. Materi yaitu tahapan kedua berbentuk diskusi karena selain peneliti memberikan materi, peneliti juga melakukan diskusi untuk menggali pengetahuan siswa melalui pemahaman perbedaan homonim dan polisemi. Posttest adalah tahapan terakhir yang berisi pengambilan data pasca pemberian materi. Namun, dalam tahapan terakhir ini dibentuk sebuah kelompok yang beranggotakan 5 orang karena jumlah peserta 30 orang. Kegiatan terakhir terdapat diskusi yang dikemas dalam bentuk permainan yang melibatkan diskusi siswa membuat kalimat dengan menggunakan kata yang berhomonim dan berpolisemi.

4.2  Deskripsi Penelitian
Pada tahapan pertama, peneliti memberikan icebreaking kepada siswa, memeriksa permainan di bagian belakang siswa, mengambil gambar sebagai bukti dokumentasi dan mencatat waktu. Kemudian pada tahap kedua dilanjutkan pada pembagian soal pretest, peneliti di depan siswa menjelaskan cara kerja, kemudian membagikan lembar soal pretest, dan  yang terakhir mengambil gambar, mencatat waktu dan sesekali memeriksa siswa yang belum mendapat lembar soal. Pada diskusi soal pretest peneliti memimpin diskusi. Pada tahapan terakhir peneliti bertugas menjelaskan lembar soal Posttest, membagikan lembar soal Postest. Setelah lembar soal Postest terkumpul diadakan permainan diskusi kelompok membuat kalimat yang mengandung homonim dan polisemi.

4.3  Deskripsi Kegiatan
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada tanggal 21 Januari2015 pukul 10.00-12.00 WIB yang berlokasi di kelas XI.
Tabel 4.1 Catatan Lapangan
No
Waktu
Deskripsi Kegiatan
1.
10.00-10.10
Mempersiapkan siswa
2.
10.10-10.20
Melakukan icebreaking agar siswa menjadi lebih semangat. Icebreaking yang diberikan membentuk kelompok yang nantinya digunakan pada kegiatan akhir.
3.
10.20-10.40
Melakukan pretest dengan membagikan lembar kerja pretest yang dikerjakan secara individu. Fungsi dari kegiatan ini adalah mengukur dan mengetahui kemampuan siswa dalam membedakan homonym dan polisemi.
4.
10.40-10.50
Setelah soal pretest terkumpul, membagikan stik es krim kepada setiap siswa. Kemudian menjelaskan cara kerja stik es krim. Perintah yang diberikan adalah sisi stik es krim yang berwarna kuning adalah wakil dari homonim sedangkan sisi yang berwarna putih mewakili polisemi. Setiap contoh yang diajukan peneliti, siswa diharuskan mengangkat stik es krim dan memutuskan apakah contoh yang dibacakan peneliti termasuk homonim atau polisemi.
5.
10.50-10.55
Sebelum memulai pemberian materi, peneliti menggali pengetahuan siswa. Dengan memberikan pertanyaan sejauhmana pengetahuan siswa, peneliti dapat menghubungkan pendapat siswa yang kemudian diberikan materi.
6
10.55-11.15
Setelah mengetahui pemahaman siswa kemudian peneliti memberikan materi mulai dari pengertian homonim dan polisemi beserta contoh sampai dengan cara membedakan homonim dan polisemi. Namun sesekali dalam materi peneliti memberikan hal-hal humor agar pesuluh tidak bosan dan berantusias memperhatikan materi.
7.
10.15-11.35
Peneliti membagikan soal posttest. Soal yang diberikan hampir sama dengan soal pretest, yang membedakan hanya pada contoh homonim dan polisemi yang disajikan. Siswa diberikan waktu 20 menit untuk mengerjakan.
8.
11.35-12.00
Setelah mengumpulkan soal posttest, siswa yang sudah dibagi menjadi tiga kelompok kemudian duduk melingkar dengan kelompok masing-masing. Setiap kelompok mendapatkan salembar kertas A5. Siswa diminta mendiskusikan membuat kalimat yang mengandung homonim dan polisemi, masing-masing lima kalimat.
9.
12.00-13.10
Siswa mengumpulkan lembar kerja kemudian dilanjutkan penutupan dilakukan bersama-sama dengan berdoa bersama.

4.4  Hasil yang Dicapai
Sasaran utama penelitian ini yaitu siswa kelas IX SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik.Awalnya peneliti sudah mengondisikan siswa yang kurang lebih berjumlah 30 orang, berikut data siswa.
Tabel 4.2
Daftar Nama Pesuluh
No.
Nama
JK
1.
Nur Afni
P
2.
Adinda R.
P
3.
Ernawati
P
4.
Tiara Dwi J.
P
5.
Via Nirfana A.
P
6.
Renaldianto R.
L
7.
Desty Wulandari
P
8.
Dwi Agista Silviani
P
9.
Safitri Rahayu N
P
10.
Fiky Cahyono
L
11.
Amelia Dwiana A.
P
12.
Hendrayanto R. D.
L
13.
Farida D. R. S.
P
14.
Ahida R. A.
P
15.
Qifatah H. D. P. M. D.
L
16.
Intan R.
P
17.
Nurulia F.
P
18.
Linnea Disa
P
19.
Eka Oktaviyanti
P
20.
Talitha Salsabila
P
21.
Nur Masfiatus Sa’adah
P
22.
Rakmat H.
L
23.
Bagus F. M
L
24.
Bayu A. P.
L
25.
Nur Chomary
P
26.
Ahmad Reza M.
L
27.
Husaen Imadudin
L
28.
Irfan Ari S. D.
L
29.
Arya M. Yusuf
L
30.
Robi’ Ghulam A. H.
L


Tabel 4.3
Kesalahan Peletakan Homonim/Polisemi (Pre-Test)
No.
Kesalahan Peletakan Homonim atau Polisemi
Jumlah Siswa
1.
Kepala
16 siswa
2.
Bunga
13 siswa
3.
Kaki
6 siswa
4.
Meja
2 siswa
5.
Mata
15 siswa
6.
Bisa
1 siswa
7.
Surat
6 siswa
8.
Buku
22 siswa
9.
Uang
17 siswa
10
Tali
15 siswa

Berdasarkan tabel di atas, siswa masih banyak mengalami kesulitan dalam membedakan antara homonimdan polisemi. Pada kegiatan ini, siswa belum diberikan materi guna mengetahui pra-anggapan siswa mengenai homonimdan polisemi.Sesuai dengan pernyataan yang telah dijelaskan pada bagian latar belakang bahwa sebagian besar orang masih memiliki pengetahuan yang minim mengenai perbedaan antara homonimdan polisemi. Sebagian dari mereka menganggap bahwa yang penting maksud mereka dipahami oleh pembacanya.
Tabel di atas merupakan rekapitulasi dari angket yang disebar kepada siswa. Berdasar data pada tabel 2.2 kesalahan peletakan banyak terjadi pada kata “Kepala”, 22 siswa salah dalam meletakkan kata tersebut ke dalam kolom homonim yang seharusnya kata tersebut diletakkan ke dalam kolom polisemi. Selain itu, kesalahan peletakan sejenis juga terjadi pada kata bunga (17 siswa), kaki (15 siswa), meja (6 siswa), dan mata (1 siswa).Kata-kata tersebut seharusnya diletakkan pada kolom polisemi, namun masih banyak siswa yang lebih dari setengahnya meletakkan pada kolom hiponim.
Data berikutnya adalah peletakkan kata bisa (16 Siswa), surat (13 siswa), buku (6 siswa), uang (2 siswa), dan tali (15 siswa) yang mengalami kesalahan. Hal tersebut membuktikan banyak siswa yang masih belum mengetahui perbedaan antara homonimdan polisemi.Setiap siswa rata-rata dalam melakukan kesalahan 3-4 peletakan homonimdan polisemi pada kolom yang tidak semestinya.
Banyaknya kesalahan yang terjadi tentunya tidak menutup kemungkinan bahwa tidak ada siswa yang dapat meletakkan homonimdan polisemi pada kolom yang benar.Pada data yang dilampirkan terdapat 7 siswa yang dapat meletakkannya pada kolom yang sesuai.Namun, ketujuh siswa tersebut masih belum mampu mengungkapkan alasan yang tepat mengenai (1) alasan mereka meletakkan kata-kata tersebut dalam kolom homonimdan polisemi, dan (2) perbedaan antara homonimdan polisemi.
Tabel 4.4
Kesalahan Peletakan Singkatan/Akronim (Post-Test)
No.
Kesalahan Peletakan Singkatan/Akronim
Jumlah Siswa
1.
Uang
1 siswa
2.
Tangan
Tidak ada
3.
Makan
10 siswa
4.
Operasi
2 siswa
5.
Orang
27 siswa
6.
Pacar
Tidak ada
7.
Malang
Tidak ada
8.
Genting
1 siswa
9.
Carik
Tidak ada
10
Halaman
7 siswa

Tabel di atas adalah data tabel kesalahan peletakan homonym/polisemi setelah siswa mendapatkan materi (post-test) mengenai homonym dan polisemi. Kesalahan yang terjadi dapat diminimalkan, sebagian besar siswa sudah mampu meletakkan deretan homonym/polisemi ke dalam kolom yang benar. Pada awal (pre-test) kesalahan yang dilakukan setiap siswa dalam peletakan deret homonym dan polisemi adalah 3-4, sedangkan setelah melalui penyuluhan (post-test) berdasar materi yang telah disampaikan kesalahan diminimalkan menjadi 1-2 kesalahan setiap siswa. Mengenai perbedaan homonym dan polisemi nampaknya siswa mulai memahami secara berangsur.
Pada bagian soal nomor 2-4 dalam pre-test sebagian besar siswa (hampir keseluruhan siswa) salah dalam menafsirkan homonim, polisemi, dan perbedaan dari keduanya.Untuk soal nomor 2, sebagian besar siswa menyebutkan kalau kata-kata dalam kolom polisemi memang merupakan polisemi; bukan merupakan homonim; atau karena dirasa itu merupakan polisemi bukan homonim.Jawaban tersebut tidak beralasan kuat, tidak ada dasar dari pernyataan tersebut.Siswa nampak asal-asalan atau seenaknya dalam menjawab pertanyaan hal tersebut dimungkinkan karena siswa tersebut tidak mengetahui secara teoretis mengenai perbedaan homonym dan polisemi.
Soal berikutnya yaitu soal nomor 3, sama seperti soal nomor 2. Siswa masih belum mampu memberikan penjelasan mengapa deretan kata tersebut dimasukkan ke dalam kolom polisemi.Hampir keseluruhan siswa secara garis besar menjawab bahwa kata-kata dalam kolom polisemi memang merupakan polisemi; bukan merupakan homonim; atau karena dirasa itu merupakan polisemi bukan homonim. Jawaban tersebut sama dengan jawaban soal nomor 2 yang tidak memiliki landasan kuat mengenai polisemi.
Soal terakhir, yaitu soal nomor 4.Jawaban dalam soal nomor 4 lebih bervariatif.Sebagian siswa menjawab tidak tahu; karena maknanya berbeda.Berdasar jawaban pada angket pre-test soal nomor 2-4 dapat diketahui masih banyak siswa yang belum memahami perbedaan antara homonym dan polisemi.
Terkait dengan hasil post-test siswa, nampaknya cukup bagus meskipun belum mencapai target maksimal.Berdasarkan angket post-test yang diberikan, siswa mulai mampu menafsirkan polisemi, homonim, dan perbedaan dari keduanya.Meskipun jawaban dari siswa masih belum memuaskan setidaknya siswa sudah mengetahui konsep dasar dari keduanya dan dapat mengaplikasikannya secara benar dan tepat baik dalam komunikasi lisan maupun tulis.Namun, masih ada sebagian kecil dari siswa yang belum mampu menjawab soal post-test secara tepat. Peneliti menyadari hal tersebut, belajar adalah proses bagi seorang individu dalam memahami suatu hal, dan proses setiap individu tersebut berbeda-beda. Peneliti berharap kepada siswa untuk mensosialisasikan pengetahuan yang mereka dapat kepada siswa lain dan mereka dapat bertukar pikiran (share) satu dengan lainnya.




BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan kegiatan penelitian mengenai aplikasi pembedaan antara homonim dan polisemi siswa kelas IX SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa belum mampu membedakan kata yang bisa digolongkan sebagai homonym atau polisemi.Hal ini tampak pada hasil pretest yang diberikan diawal, yang menunjukkan sebagian besar siswa salah dalam menempatkan kata yang seharusnya di kolom homonym diletakkan di kolom polisemi, dan sebaliknya.setelah diberikan materi dan dilakukan post test, hasil yang ditunjukkan walaupun nampaknya cukup bagus namun masih belum mencapai target maksimal

5.2 Saran
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penambah khasanah pengetahuan dalam bidang homonym dan polisemi sebagai acuan bagi penelitian-penelitian semantik.
Bagi guru, guru harus dapat memberikan alternatif penggunaan homonym dan polisemi yang sesuai, sehingga siswa dapat memberi batasan yang jelas bagi keduanya.Bagi siswa, siswa harus lebih berusaha dalam membedakan kata yang termasuk dalam homonim dan polisemi.










DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994.Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Cruise, D. A. 1991.Lexical Semantics. Cambridge: Cambridge University Press.

Fatimah, Djajasudarma. 1993. Semantik. Jakarta:PT Eresco

Mukhtar, Khalil dkk. 2006. Semantik. Pekanbaru: Cendikia Insani.

Pateda, Monsoer. 2001. Semantik Leksikal. EndeFlores: PT Nusa Indah
























LAMPIRAN

Contoh angket pretest
Rounded Rectangle: Nama:………………………………

Kelas :………………………………
 





1.      Identifikasilah homonim dan polisemi yang ada dalam lingkaran dimasukkan ke dalam kotak berdasarkan homonim dan polisemi
 










2.      Apa alasanmu memasukkan kata-kata tersebut dalam kolom homonim?
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
3.    Apa alasanmu memasukkan kata-kata tersebut dalam kolom polisemi?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
4.      Menurut kalian, adakah perbedaan antara homonim dan polisemi?jelaskan
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………


Contoh angket posttest    
Rounded Rectangle: Nama:………………………………

Kelas :………………………………
 





1.      Identifikasilah homonim dan polisemi yang ada dalam lingkaran dimasukkan ke dalam kotak berdasarkan homonim dan polisemi
 











2.      Apa alasanmu memasukkan kata-kata tersebut dalam kolom homonim?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
3.      Apa alasanmu memasukkan kata-kata tersebut dalam kolom polisemi?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
4.      Menurut kalian, adakah perbedaan antara homonim dan polisemi?jelaskan!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………



Bentuk media stik ice cream
Flowchart: Delay: H
O
M
O
N
I
M
Flowchart: Delay: P
O
L
I
S
E
M
I